Search Blog Jerawat Di Sini

Friday, June 13, 2008

Jerawat, Emosi, Jiwa dan Psikologi

Tulisan berikut merupakan tulisan murni dari pemikiran saya dalam menanggapi masalah jerawat menjerawat ini. Saya disini akan memberikan suatu tanggapan atau sekedar tulisan mengenai hubungan antara jerawat emosi jiwa serta dunia psikologi.

Apapun itu entitas jerawat yang muncul dalam diri kiat melalui penampakan di kulit, entah itu jerawat di muka, jerawat dipunggung, jerawat di leher bahkan jerawat di perut atau di pantat, jerawat secara "naluriah" atau insting perasaan kita terutama dipandang dari sudut atau kacamata inderawi, menurunkan estetika atau keindahan dari tubuh kita. Istilah kerennya kecantikan atau beauty serta kegantengan seseorang akan berkurang dengan munculnya jerawat tersebut.

Kalau jerawat itu muncul di muka ya tentu saja kegantengan dan kecantikan wajah dari penderita jerawat itu menjadi terdegradasi sedikit alias menurun. Demikian pula jika terjadi di punggung atau dada, maka keelokan dan kemolekan dada dan punggung itu jadi menurun. Btw, kalau payudara perempuan bisa terkena jerawat gak ya? He he he... Kurang tahu sih karena aku cowok dan gak punya payudara alias buah dada alias susu wanita. Update: Btw, dari hasil googling dan baca baca ternyata jerawat bisa tumbuh dimana saja, termasuk di payudara wanita. Yach di payudara bisa tumbuh jerawat. Kita sebut aja jerawat payudara. Cara menghilangkan jerawat di payudara saya rasa sama dengan cara cara yang lain termasuk cara menghilangkan jerawat di punggung.

Karena secara alamiah atau naluriah kita sebagai manusia akan menganggap bahwa berjerawat itu menurunkan estetika atau keindahan tubuh, maka dengan sendirinya secara reflek atau secara otomatis, perasaan atau emosi atau gejolak diri akan membuat kita memunculkan emosi negatif. Entah bagi sang penderita maupun bagi sang penglihat atau penikmat wajah alias orang kedua yang melihat tubuh berjerawat tersebut.

Jika seseorang sebelumnya bersih dari jerawat dan kemudian muncul jerawat untuk pertama kalinya, maka bisa dipastikan secara kejiwaan alias psikologi, dia akan mengalami keterguncangan atau setidaknya emosi negatif pada dirinya. Hal ini disebabkan karena secara naluriah dia melihat sesuatu yang sebelumnya indah atau norma menjadi kurang indah atau tidak normal. Remaja yang baru pertama kali mengalami jerawat bisa dijadikan uji sample untuk membuktikan point pemahaman ini.

Walaupun demikian dengan seiringnya waktu dan pemahaman, banyak orang yang berjerawat secara lambat laun mengembangkan pikiran positif atau sebuah upaya apologi kognitif atau penyangkalan, bahwasanya jerawat bukan merupakan hal yang besar. Dengan mengembangkan pikiran pikiran positif secara terus menerus dan cenderung melalui upaya behavioral atau conditioning (pengkodisian atau pelazima: ini istilah psikologi), seseorang akan mampu mengatasi atau melawan gejolak emosi negatif dari kepemilikan jerawatnya.

Walaupun sebenarnya hal tersebut bukanlah menghilangkan emosi atau pandangan alamiah atau natural dari dirinya sendiri bahwa jerawat itu memang tidak cantik atau sebuah penyakit.

Orang yang berjerawat dan sudah menganggap jerawatnya itu bukan sebuah penyakit atau menjadi perkara besar atau bukan unsur kecantikan, bisa dipastikan akan tetap lebih menyukai dirinya tidak berjewarat dibandingkan apabila dia mengidam penyakit jerawat tersebut (termasuk komedo dan sejenisnya).

Kesimpulan dari pemahaman diatas adalah: Jerawat yang berdampak psikologis emosional bisa diatasi secara psikologi dengan upaya upaya kognitif maupun behavioral. Yang kedua adalah jerawat adalah penyakit yang menimbulkan efek naluriah dalam diri seseorang bahwa ia mengidam suatu degradasi estetika. Kealamiah emosional estetikal jerawat ini tidak mungkin bisa dihilangkan dari dalam diri seseorang.

Salam dari Muntilan


Haqiqie Suluh

1 comment:

obat jerawat said...

emang jerawat ini akan membuat orang menjadi stress, dan stress akan membuat jerawat menjadi tambah parah. ini lingkaran setan yang sangat sulit diputuskan jika tidak tahu caranya...